Dunia warganet diramaikan dengan berita-berita perihal OVO yang dicabut izinnya. Wajar, terutama mereka yang gemar shopping dan masih punya saldo OVO atau bahkan baru saja melakukan top-up awal bulan, pasti waswas mendengar kabar itu. Pihak OVO pun langsung mengumumkan bahwa OVO dompet digital tidak ada kaitannya dengan “OVO” atau “OFI” yang dicabut izinnya oleh OJK.
Mari kita luruskan dulu, ternyata OVO yang sudah dikenal masyarakat saat ini adalah nama produk dompet digital atau uang elektronik yang dimiliki oleh PT Visionet Internasional. OVO yang dicabut izinnya oleh OJK, adalah PT OVO Finance Indonesia. Ternyata ada dua OVO! Yang satu sudah merakyat dan dipakai sehari-hari, dan yang satunya lagi perusahaan dormant yang tidak diketahui oleh banyak orang. Ironis juga, OVO yang satunya ini malah baru dikenal luas saat di ujung pembubaran.
Logo OVO milik PT Visionet Internasional (kiri) vs OVO Finance (kanan); mungkinkah ada OVO-OVO lainnya di Indonesia? (sumber: Linkedin)
Ke Manakah Facebook?
Yang jelas, saat ini Facebook sudah tidak tampak lagi di tampilan aplikasi Instagram. Hal ini juga bikin warganet heboh. Ingat dua tahun lalu, sekitar akhir tahun 2019 ketika tiba-tiba nama Facebook muncul di tampilan depan aplikasi Instagram, juga Whatsapp? Saat itu netizen juga heboh.
Tampilan pada splash screen Instagram itu sebetulnya hanya beda dua kata saja, “Instagram from Facebook”. Namun saat itu saya pun agak sulit mencernanya. Melihat Facebook dan Instagram dalam satu tampilan seperti itu, rasanya seperti melihat seorang remaja yang pakai baju bapak-bapak, atau sebaliknya.
Facebook mengakuisisi Instagram sudah sejak April 2012. Saat itu Instagram merupakan startup yang baru berusia dua tahun. Jadi, sebetulnya sudah cukup lama Instagram menginduk pada Facebook. Namun entah kenapa, penambahan dua kata dalam branding Instagram itu terasa aneh. Mungkin karena saya belum terbiasa.
Oktober lalu Facebook, Inc. resmi berganti nama menjadi Meta Platforms, Inc. Tidak lama kemudian, branding Instagram pun mengikuti nama baru tersebut. Tampilan teks pada splash screen aplikasi pun saat ini sudah berubah menjadi “Instagram from Meta”. Ya, tidak ada lagi Facebook di situ. Kali ini saya lebih mudah mencernanya.

Medsos Milenial dan Facebook Futuristik
Facebook jelas merupakan salah satu penemuan modern yang telah mengubah wajah dunia warganet. Begitu pula dengan Instagram. Keduanya telah mengubah peradaban; mengubah cara manusia berinteraksi. Keduanya bahkan telah menjadi candu bagi tidak sedikit penggunanya. Keberadaan Facebook dan Instagram telah membuat banyak warganet level-up, tapi di sisi lain, korban karena faktor negatifnya juga banyak.
Facebook di mata remaja milenial adalah medsos jadul, penggunanya adalah kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu. Instagram sebelum diakuisisi oleh Facebook adalah pendatang baru yang sempat dipandang sebagai ancaman oleh Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Karena itulah Facebook, Inc. mengakuisisinya—senilai semiliar dolar.
Sekarang coba perhatikan, emak-emak dan engkong-engkong pun kecanduan Instagram! Jelas sekali Zuckerberg menang besar. Per Oktober 2021, Facebook masih menempati peringkat pertama medsos dengan pengguna terbesar di dunia, hampir mencapai tiga miliar pengguna. Instagram menempati urutan keempat dengan jumlah pengguna mencapai 1,3 miliar, di bawah Youtube pada peringkat kedua dan Whatsapp pada peringkat ketiga. Bila dijumlahkan, Facebook ditambah Instagram ditambah Whatsapp menjadikan Zuckerberg seorang raja medsos. No debat.

Baca juga → Belajar dari Kesalahan Marketing Medsos
Melihat statistik itu, agaknya prediksi para bukan-penggemar Facebook yang menyatakan bahwa FB akan segera mati, sepertinya bakal susah terwujud. Toh bila memang betul prediksi tersebut, Zuckerberg tetap akan menang besar. Ia masih memiliki Instagram dan lain-lain, juga Facebook-Facebook versi masa depan yang akan dilahirkan oleh Meta.
Zuckerberg menyadari betul bahwa Facebook yang telah terstigma sebagai medsos—karena memang demikian adanya—akan semakin tidak relevan ke depannya. Apalagi ternyata masa depan yang ada di benak Zuckerberg adalah metaverse seperti digambarkan dalam cerita sci-fi “Ready Player One”.
Saya rasa, sampai kapan pun Facebook yang ada di benak warganet adalah Facebook medsos jadul itu, bukan yang lain. Membayangkan Facebook versus “Ready Player One”, itu seperti bumi versus langit.
Facebook Horizon atau sekarang bernama Horizon Worlds mungkin suatu saat akan menjadi “Oasis”, dunia virtual ciptaan James Halliday di cerita itu. Jelas sekali “Facebook” tidak pas di mana pun dalam ranah itu. Di titik ini, keputusan Zuckerberg menggunakan nama Meta tampak sangat masuk akal. Thumbs up dari saya. Namun tunggu dulu, yang saya maksud adalah nama Meta-nya, bukan konsep metaverse-nya. Itu lain cerita.

Apalah Arti Sebuah Nama
Topik pembicaraan “OVO dicabut izinnya” ternyata membuat waswas banyak orang. Kenapa demikian? Karena nama OVO telah sedemikian kuat branding-nya. OVO di kepala masyarakat adalah OVO uang elektronik untuk alat pembayaran digital, bukan “OVO” yang lain-lain. Ketika “OVO” yang satunya terkena masalah, maka yang dipikirkan banyak orang adalah OVO uang elektronik atau dompet digital itu. Topik “OVO dicabut izinnya” juga membuat waswas pihak Visionet perusahaan pemiliknya, yang harus menenangkan para pengguna OVO.
Sebagai referensi, begini pernyataan klarifikasi dari Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur OVO: “Kami menegaskan bahwa OFI tidak memiliki kaitan apa pun dan bukan bagian dari kelompok perusahaan uang elektronik OVO. OFI bukanlah anak perusahaan maupun subsidiary dari kelompok perusahaan uang elektronik OVO. Sehingga pencabutan izin oleh OJK tersebut, sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap semua lini bisnis dalam kegiatan usaha uang elektronik OVO.”
Ketika Instagram dan Whatsapp ditempeli kata “from Facebook”, seketika itu pula pandangan orang tak lagi sama dengan Instagram dan Whatsapp sebelum ketempelan embel-embel baru itu. Begitu pula ketika Facebook berganti menjadi Meta, seketika itu pula pandangan orang terhadap Facebook berubah. Well, mungkin tidak secara instan seketika, tapi lambat laun pasti akan berubah. Dijamin akan berubah, karena Zuckerberg sudah pasti akan membawanya menuju metaverse yang divisikan olehnya.
Coba bayangkan, metaverse bernama “Facebook”. Aneh kan? Agak lucu dan kurang pas–bahkan Zuckerberg sendiri pun tak sanggup mencernanya!
Baca juga → Tiga Fakta Kedigdayaan BTS: Bauran Mutakhir, Ambisi Visioner hingga Rekor Dunia
Selain OVO dan Meta, ada satu hal viral lainnya yang ingin saya tambahkan. Ingat menu fast food nuget, kentang goreng, dan minuman cola yang dinamai inisial tiga huruf: B, T, dan S? Bayangkan bila paket fast food itu dinamai tiga huruf yang sama, tapi urutannya diubah: “SBT Meal” atau “TBS Meal” misalnya. Masihkah ada yang mau beli dan viral? Tiga huruf nama itu mengubah segalanya. Kentang goreng yang “cuma gitu doang” bisa jadi viral, itu karena nama. Nah, bahkan saya barusan tidak menyebut McDonnald’s-nya, tapi saya yakin semua sudah tau menu apakah yang saya maksud tadi.
Segitunyalah arti sebuah nama. Segitunyalah branding perlu dianggap penting.
(@iwan.s)